Paulo Freire adalah seorang sarjana hukum yang banyak menekuni bidang pendidikan dan kebudayaan di negaranya, Brazil. Freire belajar dari orang tuanya untuk menghargai dialog dan menghormati pendapat orang lain. Pengalamannya sebagai pejabat dalam bidang kesejahteraan banyak membawanya untuk berinteraksi dengan kaum miskin. Pengalaman tersebut bermanfaat dalam pengembangan metode dialogik dalam pendidikan yang kemudian dikenal dengan metode Paulo Freire. Pemikiran Freire tersebut sarat dengan refleksi atas pengalaman hidupnya, yang membawa kaum miskin ke proses kesadaran politis sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif secara nyata ikut menentukan arah perkembangan bersama (Freire,xiii).
Belajar dari Paulo Freire, pembelajaran menuju kesadaran kritis hingga dapat bertindak secara politis merupakan proses. Individu yang mempunyai kesadaran kritis akan dapat mempengaruhi individu lainnya. Perubahan individu adalah perubahan yang terjadi karena keputusan dan tindakan yang bersifat individual. Dalam konteks tersebut diatas bahwa seseorang dapat menjadi subyek perubahan, mampu menganalisis keadaan hidupnya sendiri dan bertindak atas kesadaran diri.
Dalam perspektif pencatatan sipil, kesadaran kritis perlu dikembangkan sehingga dapat mempengaruhi orang lain dalam bertindak secara positif. Kesadaran akan pentingnya kepemilikan akta-akta pencatatan sipil (akta kelahiran) perlu dikembangkan dan disosialisaskian kepada masyarakat lainnya. Akta pencatatan sipil merupakan bentuk pengakuan negara terhadap status pribadi dan status hukum penduduk. Demikian pula terhadap kebijakan pemerintah khususnya kebijakan tentang batas usia masuk sekolah dasar. Batas usia masuk SD adalah umur minimal 6,5 tahun, sehingga kurang dari umur tersebut masyarakat tidak harus melakukan perubahan akta kelahiran, mengingat perubahan akta bisa dilakukan berdasarkan penetapan pengadilan .